Kamis, Juli 10, 2008

Berkat Pasungan, sang Ratu Juara

Selasa, 20 Mei 2008

Tiara berdaun 60 lembar itu istimewa. Daun bersusun ke segala arah terlihat kompak. Mereka muncul dari 5 anakan di sekeliling induk berumur 1,5 tahun. Mahkota bersusun tiga itu mencetak sejarah. Ia merengkuh gelar terbaik di kontes aglaonema akbar di Tangerang, Maret, 2008. Tiara mengantarkan Sun Sun, pemiliknya, meraih tiket perjalanan umrah ke negeri Padang Pasir.

Penampilan tiara itu memang luar biasa. 'Daun kompak ke segala arah tanpa ada ruang yang kosong,' ujar Nurdi Basuki, salah seorang juri. Menurut Nurdi kecantikan sang ratu itu diperoleh dari proses pemilihan bakalan, pembentukan, dan perawatan yang panjang, 3-6 bulan. Artinya, tangga menuju jawara tak sekadar dengan perawatan prima yang dilakukan pemilik.

Pendapat Nurdi itu diamini Songgo Tjahaja, kolektor aglaonema di Jakarta Barat, yang kerap menjuarai berbagai kontes. Menurutnya dari ratusan hibrida aglaonema terdapat jenis tertentu yang berdarah juara dan layak sebagai bakalan. Disebut berdarah juara karena secara genetik hibrida tersebut gampang tampil kompak dan gagah dengan perawatan biasa. Misalnya tiara dan sexy pink. Yang disebut pertama berdaun lebar, lentur, dan melambai tapi bertangkai pendek.

Sexy pink bertangkai lebih panjang, berdaun lebih lebar, lentur, tapi tetap kokoh. 'Secara keseluruhan sexy pink lebih besar,' kata Songgo. Tiara dan sexy pink itu tergolong aglaonema kelas atas (harga per daun di atas Rp1-juta, red) yang berdarah juara. Sejatinya, widuri pun kerap menjadi juara. Hanya saja, proses membentuk widuri jauh lebih sulit karena daun keras sehingga gampang sobek. Di kelas menengah legacy tergolong berdarah juara. Menurut Songgo aglaonema jenis massal seperti butterfl y, pride of sumatera, dan donacarmen pun berdarah jawara. Namun, donacarmen masih memiliki kelemahan karena ujung daun mudah sobek.
Beranak lima

Menurut Sun Sun tak semua hibrida berdarah juara layak dipilih sebagai bakalan. Pemilik nurseri Rumah Bunga di Jakarta Barat itu mensyaratkan hanya aglaonema yang memiliki minimal 4 anakan saja yang pantas dipilih. Artinya, pada tanaman itu terdapat 5 pucuk, termasuk induk. Sedangkan Songgo menyebut 5 anakan alias 6 pucuk dengan induk. 'Yang paling baik bila anakan itu muncul di sekeliling induk, bukan hanya di 1 sisi,' kata Sun Sun. Bila 4 atau 5 anakan itu muncul di 1 sisi, maka bentuk kompak sulit terwujud.

Pilihan pada tanaman berpucuk banyak bukan tanpa alasan. 'Untuk aglaonema di kelas batang majemuk, sosok rimbun dan banyak daun mengesankan kegagahan. Apalagi bila tampil kompak,' kata Andy Solviano Fajar, juri aglaonema asal Solo. Dengan jumlah pucuk 5 atau 6 maka pertambahan daun bisa digenjot cepat. Dengan asumsi setiap pucuk bertambah 3 daun setiap 2 bulan, maka selama 6 bulan muncul 9 daun per pucuk. Artinya, tanaman berpucuk 5 akan memunculkan 45 daun. Pucuk 6, 54 daun. Jumlah itu belum termasuk daun awal, 25-30 daun.

Memperoleh indukan dengan 4-5 anakan memang tak semudah membalikkan telapak tangan. Lazimnya, setiap indukan hanya menghasilkan 2-3 anakan. Toh, menurut Songgo dari 10 indukan biasanya ditemukan 1 indukan yang banyak anak. 'Proses seleksi tak terhindarkan. Indukan terpilih harus dipisahkan dan dirawat secara ekstra,' kata ayah 1 puteri itu. Setiap minggu tanaman mesti diputar agar memperoleh cahaya yang merata.
Pengikatan

Bakalan terpilih pun mesti dibentuk agar tampil kompak di arena kontes. Secara alami daun aglaonema yang muncul dari anakan tumbuh melebar ke samping. Itu karena pergerakan daun mencari cahaya dan ruang kosong. Oleh karena itu 4 atau 5 anakan itu mesti diikat agar tumbuh vertikal (lihat ilustrasi). 'Selama 3-6 bulan diikat. Mirip dengan pengawatan dan treking pada bonsai dan adenium. Tujuannya untuk mengarahkan pertumbuhan,' kata Songgo. Pasungan pada sang ratu itu baru dibuka 1 hari atau sesaat menjelang kontes.

Daun yang muncul pun perlu diarahkan pertumbuhannya. Prinsipnya, permukaan daun mesti seluas mungkin mendapatkan cahaya. Artinya, 2 atau 3 daun yang arah tumbuh dan permukaannya sejajar mesti dihindari. 'Tangkai daun itu harus ditarik dan disangga agar daun di bawahnya tidak tertutupi,' kata Sun Sun.

Menurut Songgo menyangga tangkai daun itu cukup dengan saling menyilangkan antartangkai daun. Intinya, susunan tangkai daun saling menopang. Susunan tangkai daun itu mesti dikoreksi secara periodik setiap minggu seiring pertumbuhan umur tanaman.

Kerapkali pertumbuhan anakan di sekeliling induk dominan. Itu karena akar dan batang anakan jauh lebih muda ketimbang induk. Daun pada pangkal batang induk pun rontok akibat kurang cahaya. Selama tak mengganggu penampilan, maka batang induk tetap dapat dipertahankan. Namun, bila pertumbuhan induk ngelancir, maka induk dipotong. Posisi batang anakan diperketat agar lebih vertikal. Pertumbuhan pucuk anakan bakal mengisi ruang bekas induk. Dengan teknik itu, bakalan pun siap beradu cantik di arena kontes. (Destika Cahyana)

PR - KU

S E L E S A I .... BEBAS EUY... ehhhh ada lagi yang kasih PR tapi aku lupa siapa yaaaa yang kasih PR... waktu itu kerjaan ku overload jadi aku minta waktu nah saat ini sedikit lenggang mohon

PENTERJEMAHKU