Selasa, Juli 29, 2008

Impor Aglaonema?

Kenali Dulu Prosedurnya
Kondisi alam Thailand tak sama persis dengan Indonesia. Namun keduanya memiliki kemiripan di sektor florikultura. Seperti bombastisme semarak daun aglaonema yang membuat kedua negara ini saling bertukar spesies untuk memperkaya jenisnya – baik untuk jenis lokal maupun hibridanya.

Greg Hambali – terkenal sebagai penangkar sekaligus penyilang aglaonema Tanah Air. Ia sukses melahirkan Pride of Sumatera (POS) yang jadi sebuah ikon aglaonema silangan Indonesia. Sedangkan di Thailand, muncul juga berbagai jenis hibrida yang kerap dilirik penggemar aglaonema Indonesia, seperti jenis Red Emerald. Dengan kombinasi pola percik dan dominasi merah di permukaan daun, membuatnya tampil semarak. Julukan red emerald untuk aglaonema ini, karena pola percikannya menyerupai bentuk jamrud. Tampilan daunnya pun tebal dan lebar – mendukung karakternya – dimana lebar per daunnya bisa mencapai 15-20 cm. Itulah salah satu keunikan jenis hibrida negara Gajah Putih ini.

Selama ini, varian aglaonema dari Thailand bervariasi, sehingga tak sedikit penggemar aglaonema Tanah Air kepincut untuk mengimpor beberapa jenisnya. Bahkan beberapa pakar aglaonema ber-eksperimen dengan alternatif menyilangkan jenis lokal dan impor. Harapannya, agar muncul varian baru yang bisa memperkaya khasanah dunia tanaman hias.
Namun teknik hibridanya tak bisa dilakukan sembarang orang. Terlebih jika tak didukung dengan konsep laboratorium yang memadai. Meski proses persilangannya sendiri bisa dilakukan natural, yaitu dengan mengawinkan media alat reproduksi tanaman (bunga). Hanya peluang keberhasilannya kecil. Malah beberapa penggemar aglaonema tak menginginkan tumbuhnya bunga. Sebab dengan munculnya bunga, otomatis akan menghambat keseluruhan proses pertumbuhan tanaman.

Bangun Relasi

Karena proses penyilangannya rumit, proses impor jadi alternatif untuk mendapat varian aglaonema baru. Itu biasanya kebanyakan dilakukan oleh para kolektor maupun pebisnis aglaonema. “Biasanya, untuk mendapat aglaonema jenis baru dari Thailand, saya harus pesan sebulan sebelumnya. Kalau tak begitu, akan keduluan orang lain,” kata Pebisnis Aglaonema di Purwokerto, Jawa Tengah (Jateng) – Eni.

Tak semudah yang dibayangkan untuk melakukan proses impor tanaman dari negara lain, terutama bagi pemula yang ingin memiliki beberapa jenis aglaonema impor. Dalam hal ini, sistem kedekatan dengan membangun relasi jadi hal penting untuk memperoleh jenis yang diinginkan, sehingga ia memanfaatkan rekannya untuk hunting beberapa jenis aglaonema jenis baru. Namun bagi Anda yang tak mempunyai relasi di luar negeri, bisa berinteraksi langsung dengan pembudidaya aglaonema di Thailand. Selain berguna menjalin kerjasama sebagai aspek jangka panjang, juga berkaitan dengan faktor harga, seperti transaksi dengan tawar-menawar yang sudah jadi ‘hukum wajib’, agar harga bisa bersahabat.

“Tiga atau empat kali pertemuan, biasanya sudah bisa menjalin hubungan baik, dimana masalah sistem kepercayaan antara kedua belah pihak bisa dijadikan pondasi. Agar tak terjebak dengan permainan perdagangan, sebaiknya mencari informasi sebanyak-banyaknya sebagai bahan referensi memburu aglaonema impor, baik tentang jenis aglaonema yang akan diburu ataupun pembudidayanya,” ungkap Eni. Pastikan juga untuk tak lupa membuat surat perjanjian kerjasama atau MoU (Memorandum of Understanding) jika berniat menjalin hubungan yang sifatnya jangka panjang. Dengan itu, maka akan membawa keuntungan. Misalnya, Anda tak perlu terbang ke Thailand atau negara lain untuk hunting jenis baru. Cukup lakukan komunikasi dengan memanfaatkan media informasi elektronik, semua akan teratasi. Selain hemat ongkos, Anda juga tak ketinggalan perkembangan jenis tanaman hias. Mengingat, hibrida aglaonema selalu mengalami inovasi yang tentunya menghasilkan varian baru.

Adaptasi Kembali

Setibanya di Tanah Air, biasanya tanaman harus mengalami masa karantina. Tujuannya, untuk meyesuaikan habitatnya, dimana perbedaan habitat tanaman di masing-masing negara tidaklah sama. Perlakuan pada masa karantina ini meliputi penggantian media tanam yang harus disesuaikan dengan lingkungan baru. Proses ini dilakukan bertahap, agar tanaman bisa melakukan adaptasi secara perlahan pula. Jika media tanamnya diganti secara spontan, kemungkinan besar akan berpengaruh pada pertumbuhan tanaman yang tak maksimal. Ironisnya, akan berdampak pada tampilannya.

“Biasanya, jenis impor akan mengalami perubahan tampilan jika sudah tiba di Indonesia. Itu terlihat baik dari corak warna, bentuk, dan tekstur aglaonema,” imbuh Eni.
Fenomena perubahan itu wajar terjadi, karena terjadinya kondisi lingkungan yang berbeda. Namun itu bisa diminimalisir dengan memberikan perlakuan yang sesuai dengan karakter tanaman, seperti aplikasi media, penyesuaian naungan, dan proses pencahayaan. Sebab, ada beberapa jenis aglaonema impor yang karakter perawatannya rewel. Misalnya jenis red emerald, corak warnanya akan terlihat berkarakter jika ada dalam kondisi panas maksimal. Namun keserempakan warnanya tak dibarengi dengan bagian batang yang melemas akibat panas berlebih. Maka, alternatif yang bisa dilakukan adalah dengan mengatur posisi tanaman ada pada keteduhan, tapi matahari tetap bisa masuk. Fase karantina ini penting dilakukan, guna mengurangi indikasi terjadinya perubahan karakter tanaman secara keseuluruhan, dimana pada fase ini memakan waktu kurang lebih 1-2 bulan, bergantung pada jenis tanamannya. Namun perlakuan rutinitas untuk mendukung pertumbuhan tanaman sebaiknya dilakukan continue, seperti pemberian pupuk dan vitamin satu minggu sekali, penggantian media tanam sebulan sekali, dan penyiraman. [santi]

Prosedur Impor Tanaman Hias

Syarat atau prosedur yang harus dipenuhi untuk membeli tanaman dari luar negeri menurut Peraturan Pemerintah (PP) No.14 tahun 2002 tentang Karantina Tumbuhan, yaitu:

1. Surat Ijin Menteri. Pertama, mengurus Surat Ijin Pemasukan Benih ke Direktorat Jenderal Tanaman Pangan dan Hortikultura untuk mendapatkan Surat Ijin Pemasukan Benih dari Menteri Pertanian. Meskipun Anda membeli satu saja tanaman dari luar negeri, syarat untuk memiliki ijin Menteri adalah mutlak. Bila Anda tak memiliki Surat Ijin Pemasukan Benih, maka tanaman yang Anda beli akan disita oleh Dinas Karantina Tumbuhan.

2. Tanaman harus dilengkapi sertifikat fitosanitari, yaitu sertifikat kesehatan tumbuhan dari negara asal tumbuhan.

3. Kemudian setelah Anda memiliki surat ijin dari Menteri dan sertifikat kesehatan tanaman, maka Anda harus memasukkannya melalui tempat-tempat pemasukan yang ditetapkan. Misalnya, melalui Bandara ataupun Pelabuhan di masing-masing kota.

4. Dilaporkan dan diserahkan pada petugas Karantina Tumbuhan di tempat pemasukan untuk keperluan tindakan karantina. Tindakan karantina adalah pemeriksaan, pengasingan, perlakuan, penahanan, penolakan, pemusnahan, dan pengamatan. Pemeriksaan administratif untuk mengetahui kelengkapan, kebenaran isi, dan keabsahan dokumen persyaratan dan pemeriksaan kesehatan untuk mendeteksi kemungkinan adanya OPT (Organisme Pengganggu Tanaman). [santi]
http://tabloidgallery.wordpress.com/2008/05/06/impor-aglaonema/

PR - KU

S E L E S A I .... BEBAS EUY... ehhhh ada lagi yang kasih PR tapi aku lupa siapa yaaaa yang kasih PR... waktu itu kerjaan ku overload jadi aku minta waktu nah saat ini sedikit lenggang mohon

PENTERJEMAHKU