Rabu, Agustus 27, 2008

Semangat Menyosialisasikan Aglaonema Silangan Lokal


Sekitar dua tahun ini nama Indri Greg Hambali mulai berkibar di kalangan pencinta tanaman hias, terutama aglaonema. Tanaman koleksinya acap keluar sebagai pemenang dalam lomba aglaonema.

Pada 2004, misalnya, aglaonema tiara koleksinya, meraih gelar juara pertama pada ajang lomba aglaonema di Pameran Flora-Fauna 2004 di Lapangan Banteng, Jakarta Pusat. Gelar yang sama ia raih pada ajang yang sama tahun 2006. Ia pun tercatat aktif dalam Aglaonema Indonesia, komunitas pencinta tanaman hias aglaonema, sebagai ketua umum.

Sebelumnya, nama Indri tenggelam di balik nama suaminya, Greg Hambali. Bicara tentang aglaonema di Indonesia memang tak bisa lepas dari nama Gregori Garnadi Hambali, nama lengkap Greg. Lewat tangan dinginnyalah, lahir aglaonema pride of sumatera, yang dijuluki "si sulung" dari hibrid aglaonema berwarna merah.

Sebelum muncul berbagai hibrid warna merah pada aglaonema, awam mengenal tanaman hias ini dengan nama sri rejeki. Tanaman hias itu berwarna hijau dengan bercak-bercak putih. Greg yang pernah memperdalam ilmu konservasi dan pemanfaatan sumber daya genetik di Universitas Birmingham, Inggris, tertarik menyilangkannya untuk mendapatkan warna merah.

Pride of sumatera lahir tahun 1985 melalui persilangan Aglaonema commutatum 'tricolor' dengan Aglaonema rotundum asal Sumatera. Pride of sumatera yang dikoleksi dokter Purbo Djojokusumo, bahkan berhasil meraih gelar juara dua dalam lomba tingkat internasional di Belanda pada 2002.

Sejak itu, penggemar tanaman hias dilanda tren aglaonema. Satu demi satu aglaonema bersemburat merah pun lahir dari tangan Greg, di antaranya madame suroyo, lady valentine, widuri, tiara, donna carmen, harlequin, dan sebagainya.

"Saat itu, saya hanya membantunya di belakang, mengurusi penjualan," kata Indri, dalam perbincangan di rumahnya, di kawasan Baranangsiang Indah, Bogor, Selasa (9/1).
Hingga suatu saat Indri tergerak muncul ke permukaan. Hatinya terusik ketika mendapati suatu ajang lomba aglaonema didominasi aglaonema hasil silangan dari Thailand.

"Ada satu peserta yang menge-luarkan 30 koleksinya, semuanya hasil silangan Thailand. Hati saya berontak. Nggak benar juga, lomba di Indonesia, tetapi yang diikutkan tanaman hasil silangan Thailand? Di mana kebanggaan kita kalau pemenangnya hasil silangan Thailand?" Indri mengenang.

Namun, bukan hal yang gampang bagi Indri untuk ikut terjun dalam lomba. Ia harus meyakinkan suaminya tentang alasan keinginan ikut serta dalam lomba. Bukan hanya karena Greg acap ditunjuk sebagai juri, namun juga Greg selama ini dikenal sebagai sosok yang lebih senang berada di balik layar. "Ia selalu bilang, biar orang lain yang maju," Indri menirukan Greg.

Namun, argumentasi Indri akhirnya diterima suaminya. Kapan lagi bisa bersaing dengan Thailand. Konsekuensinya, Greg, yang dianggap ahli aglaonema, harus mundur dari kegiatan penjurian. "Keikutsertaan saya juga bukan cari kemenangan, tetapi lebih bertujuan mendorong semangat para hobbyist untuk ikut mengembangkan aglaonema ini sendiri, supaya bisa bersaing dengan Thailand. Yang penting, di tengah-tengah serbuan hasil silangan Thailand, harus ada hasil silangan dalam negeri," ia menegaskan.

Tip Lomba

Buah kemenangan itu pula yang menyebabkan hasil silangan lokal semakin dikenal. Indri ikut gembira pada akhirnya bangkit semangat penggemar aglaonema mau menekuni tanaman hias ini, bukan hanya mengoleksinya, namun juga turun tangan menyilangkannya hingga memperoleh hibrid baru. "Semangat saya, silangan lokal selalu hadir dalam setiap lomba. Saya membandingkan dengan produksi film dalam negeri, yang dalam waktu lama tidak bisa jadi tuan rumah di negeri sendiri akibat serbuan film Hollywood. Senang juga dampaknya bagus dan positif," Indri menambahkan.

Dengan sering ikut lomba, dan acap pula menang, wajar kalau ia dianggap sebagai nara sumber yang pas mengenai kiat-kiat mengikuti lomba. Indri pun tak pelit membaginya. "Saya hanya mengelap aglaonema dengan spons khusus yang bisa dibeli di toko peralatan rumah tangga, untuk menghilangkan debu. Spons khusus itu bisa menghapuskan debu yang paling halus. Saya tidak pernah mengoleskan zat-zat khusus, agar mengilap," ujarnya.

Indri, yang bernama lengkap Indrijani Kusudiardjo, bukannya asing dengan dunia tanaman sebetulnya. Ia lulusan Fakultas Pertanian Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga. Walau tidak terjun langsung dalam kegiatan persilangan tanaman, ia turun tangan dalam perawatan. Dalam keseharian, ia lebih memusatkan perhatian menangani pemasaran.

Ia maklum, banyak orang mempertanyakan harga aglaonema yang sangat fantastis. Bahkan harga ditentukan per daun. Aglaonema adelia, misalnya, harga per daunnya Rp 500.000. "Mahal tidaknya, ditentukan oleh kecantikan penampilannya, hasil silangan baru, serta jumlahnya di pasar. Semakin langka, semakin mahal," ujarnya.

Indri berpendapat usaha tanaman hias, terutama aglaonema, masih cerah prospeknya. Walau sesekali terkesan kalah pamor dengan anthurium maupun filodendron, bisnisnya bisa dikatakan stabil.

Kini, boleh dikatakan seluruh anggota Keluarga Greg Hambali terjun dalam usaha tanaman hias ini. Anak sulung pasangan Indri dan Greg, Adrian Gibran, membantu Indri dalam bidang pemasaran. Anak keduanya, si bungsu Mia Sutranina, rupanya mengikuti jejak Greg Hambali. Ia mendalami bioteknologi di Universitas Katolik Atma Jaya Jakarta, dan sedang dalam tahap menyelesaikan skripsi. "Dia akan melanjutkan menimba ilmu di Thailand," kata Indri. [Suara Pembaruan/Sotyati] 09/01/2007

PR - KU

S E L E S A I .... BEBAS EUY... ehhhh ada lagi yang kasih PR tapi aku lupa siapa yaaaa yang kasih PR... waktu itu kerjaan ku overload jadi aku minta waktu nah saat ini sedikit lenggang mohon

PENTERJEMAHKU