Senin, September 15, 2008

NAMA WANITA UNTUK AGLO, MENGAPA?

Mengapa aglaonema silangan Greg Hambali lebih banyak menggunakan nama wanita? Adakah karena Greg Hambali pecinta wanita?

Menurut Greg, pemberian nama untuk silangan Greg itu sesungguhnya lebih banyak inisiatif dari isterinya sendiri: Indri. Greg sendiri pasrah. “Untuk kepentingan bisnis, memang harus diberi nama” kata penyilang itu cuek.

Bagi Greg, nama itu penting agar orang tak salah menyebut, sekaligus untuk menjadi pembeda masing-masing hibrida dalam menetapkan harga.

Namun tidak semua aglo yang sudah dijual diberi nama. “Karena waktu itu masih ‘bodoh’, ya jadi dijual saja,” kenang Greg sambil tertawa kepada penulis buku "Aglaonema Silangan Greg Hambali".

Menurut Greg, penjualan aglo tanpa nama merugikan. Karena untuk jenis yang mirip bisa dihargai sama. Sebut saja Donna Carmen dengan segala variasinya akan dihargai sama. Padahal, variasi yang ada terkadang lebih unik dari yang biasa. Tentu saja yang unik, harga lebih mahal. ”Jadi, harusnya ada Donna Carmen, ada juga Donna Carmina," ucapnya.

Kerugian lain dengan adanya aglaonema tanpa nama itu, pembeli bisa saja menamai dengan semaunya sendiri. Bahkan terkadang menghilangkan jejak bahwa sebenarnya aglo itu silangan Greg.

Belajar dari pengalaman itulah, aglaonema silangan Greg yang dirilis tahun 2000 hingga kini selalu diberi nama, walaupun mirip satu sama lain.

Misalnya, Tiara, Widuri, Srikandi, Petita, Evita, Camelia, Siti Nurhaliza, Siti Nurbaya, Adelia dan sebagainya.

Nama-nama cantik itu dilekatkan pada silangan Greg bukan tanpa cerita.

Widuri, misalnya, adalah judul sebuah lagu yang sempat ngetop dilantunkan oleh Bob Totopoly. Lagu itu sampai sekarang masih sering disenandungkan dan Widuri silangan Greg memang masih bergengsi di jagat aglaonema.

Demikian pula nama Siti Nurhaliza, penyanyi dengan suara merdu dari negara tetangga Malaysia. Pengagum Siti Nurhaliza amat banyak di Indonesia. Sampai sekarang silangan Greg bernama Siti Nurhaliza itu masih diburu penghobi aglaonema seperti juga orang masih merindukan kebeningan suara sang penyanyi.

Demikian pula Camelia. Kecantikan aglo ini diimajinasikan secantik tokoh Camelia dalam lagu yang dilantunkan Ebiet G Ade.

Pemberian nama silangan si ratu daun ini dengan nama wanita sekaligus juga membedakannya dengan tanaman hias yang lain. Pada anthurium, misalnya, nama yang diberikan kadangkala terkesan garang, berbisa, dan siap menerkam, seperi cobra, phyton, king kobra dan sebagainya.
Popularitas aglo.

Aglaonema atau yang biasa disebut orang Cina sebagai Chinese Evergreen, di Indonesia, dulunya lebih dikenal sebagai Sri Rejeki. Thailand yang terkenal di bidang hortikultura berhasil mengembangkannya melalui penyilangan dan menghasilkan variasi warna daunnya dan karena itu di Thailand aglo dikenal sebagai Siamese Rainbow atau pelangi dari Thailand.

Di Indonesia, aglaonema terkenal berkat jasa Gregori Garnadi Hambali yang berhasil dengan silangan lagendarisnya yang diberi nama Pride of Sumatera tahun 1985. Pada waktu dirilis, Pride dijual dengan harga RP. 350 ribu per daunnya.

Pencinta aglaonema pun semakin meluas. Di seluruh dunia, termasuk di Indonesia, harganya sangat mahal, ada yang selembar daunnya mencapai Rp. 10 juta.

Aglaonema sendiri merupakan salah satu tanaman hias yang memiliki corak maupun bentuk daun yang sangat menarik. Selain mudah perawatannya tanaman ini sangat cocok untuk dikoleksi karena tidak memerlukan lahan yang luas. Kebiasaan hidupnya berada dalam kondisi teduh dengan intensitas matahari sekitar 30 % - 40%. Selain itu tanaman ini tidak terlalu suka akan air namun jangan sampai juga terlalu kering, serta menyukai kondisi yang agak lembab. Saat ini terdapat sekitar 350-an aglaonema hibrida.

Di Kaltim

Saat ini, di Kaltim, terutama di kota Samarinda, Balikpapan, Tenggarong, Bontang dan Sangatta, penghobi aglaonema berkembang luar biasa. Salah satu penyedia aglaonema terlengkap di Samarinda adalah Pusat Tanaman Hias Salma Shofa. Nursery ini termasuk yang memiliki koleksi silangan Greg yang menggunakan nama wanita yang cukup lengkap.

Ketika Siti Nurbaya disandingkan dengan Siti Nurhaliza di setiap kali Sala Shofa ikut dalam bursa tanaman hias, selalu saja pengunjung dibuat kagum oleh kecantikan kedua sosok aglo yang serupa tapi tak sama. Demikian pula mereka terpesona oleh kecantikan dan keindahan Srikandi, Widuri, Petita, Camelia, dan aglo lainnya.

Popularitas aglaonema di daerah ini tampaknya mampu menyaingi popularitas anthurium, adenium maupun phylodendron.

Di tengah menanjaknya popularitas anthurium, justru aglo tetap berkibar di sepanjang bursa tanaman hias baik di Balikpapan, Bontang maupun Samarinda.

Mengapa? Mungkin karena sosoknya yang memang cantik, mungkin juga karena nama wanita yang disandangnya dapat mengingatkan orang pada lagu kesayangan, tokoh wanita dalam dunia pewayangan, atau justru pengalaman masa remaja dan masa bercintanya yang sangat berkesan.
Jadi, siapa bilang nama tiadalah artinya?

(espernyata/salmashofa)
Sumber : www.langitlangit.com


PR - KU

S E L E S A I .... BEBAS EUY... ehhhh ada lagi yang kasih PR tapi aku lupa siapa yaaaa yang kasih PR... waktu itu kerjaan ku overload jadi aku minta waktu nah saat ini sedikit lenggang mohon

PENTERJEMAHKU