Selasa, Juni 17, 2008 15:51:23
Sansevieria humiflora itu sudah ada di tangan Edi Sebayang sejak setahun lalu. Namun, ini baru kali pertama si empu memilihnya untuk maju ke medan perang lidah mertua. Keputusannya tepat, 21 lawan di kelas majemuk dikalahkannya dengan mulus, hingga kursi jawara pun direngkuh.
Bagaimana tidak mulus, semua juri kontes sansevieria Trubus Agro Expo 2008 langsung sepakat saat diketahui nilai tertinggi di kelas majemuk diperoleh S. humiflora bernomor peserta 4 itu. Itu persis seperti prediksi Dian Adijaya Susanto - juri dari Trubus - sebelum penilaian. 'Setelah dinilai detailnya, ternyata memang unggul di semua kriteria,' kata Dian.
Ukuran dan susunan daun yang proporsional membuatnya indah dilihat dari semua sisi. Itu rupanya yang menggenjot nilai kesan pertama. Nilai semakin meroket tatkala dinilai potensi warna, kedewasaan dan kelangkaan. Semua juri - Sentot Pramono, Ida Riyani Tahir, dan Dian Adi Jaya Susanto - memberi nilai tertinggi pada seluruh kriteria itu. Lihat saja, selain langka, lidah mertua berumur 6 tahun itu tampil prima dengan warna hijau tua serta corak lurik yang tegas dan stabil.
Bintang baru
Pantas S. ballyi yang juga milik Edi Sebayang harus puas menduduki posisi ke-2 lantaran kalah dewasa dan kalah langka. Di kelas variegata, lagi-lagi pemenangnya adalah bintang baru yang pertama kali turun kontes. Sang jawara S. masoniana, memang mulus dengan corak variegata kuning stabil. Ia menumbangkan 8 sansevieria belang lainnya. 'Sulit membuat masoniana dengan daun sebanyak itu tetap mulus. Apalagi yang variegata, karena rentan penyakit,' kata Ida.
Jika kelas majemuk dan variegata gampang diprediksi pemenangnya, kelas tunggal lebih sulit. Persaingan sangat ketat, kualitas dan kesehatan peserta merata. Makanya jalan S. suffruticosa menumbangkan 33 lawannya tak semulus pemenang di kelas lain. Perebutan nilai sangat ketat. Nilai yang diperoleh juara ke-1, 2, dan 3 hanya berbeda angka di belakang koma. Juara 1, 77,33; 2, 77,03; dan 3, 77,00.
Trubus Agro Expo 2008 yang diselenggarakan di Museum Purna Bhakti Pertiwi, Taman Mini Indonesia Indah itu juga dimeriahkan dengan kontes anthuriun dan philodendron. Sayang, pesertanya tak sebanyak kontes sansevieria, hanya ada 42 peserta anthurium dan philodendron. Juri Sugiono Budiprawira, Iwan Hendrayanta, dan Syah Angkasa sepakat menganugerahkan gelar juara pada jenmanii milik Dicky. 'Keutuhan daun sang juara dari yang kecil sampai daun besar sempurna dan susunannya kompak,' kata Sugiono.
Sedangkan di kelas nonjenmanii, kedewasaan dan kesehatan tanaman jadi senjata Anthurium monenii menumbangkan semua lawannya. Anthurium milik Domu, hobiis di Tangerang itu dinobatkan sebagai yang terbaik. Sementara di kontes philodendron, gelar jawara direngkuh lecy tree milik Mukti. Ia mengalahkan 4 lawannya dengan bermodal belang variegata yang stabil.
Bekasi
Pada hari yang sama, 17 aglaonema, 32 anthurium, dan 27 tanaman langka juga adu cantik di Kota Harapan Indah Bekasi. Sexy pink milik Sun Sun dipilih juri Purbo Djoyokusumo, Hery Saefudin dan Ukai Saputra sebagai kampiun aglaonema kelas merah majemuk. Dona carmen mutasi yang berwarna hijau putih berjaya di kelas nonmerah majemuk.
Sedangkan juri Nurdi Basuki, Deborah Herlina, dan Nesia Artdiyasa menyematkan gelar juara untuk anthurium jenmanii milik Budi dari Banyumas di kelas jenmanii besar. 'Karakter bentuk, warna, dan urat daun yang sangat tegas dan atraktif, kunci kemenangannya,' ujar Nurdi. Sedangkan di kelas nonjenmanii besar, sirih berdaun 8 milik Sudarji di Bekasi, menggilas lawannya dengan kemulusan dan kelangkaan.
Pertempuran seru terjadi di kelas tanaman langka yang terbagi dalam 2 kategori: variegata dan kristata. Pemenang di kedua kategori itu sama-sama bersosok raksasa. Gelombang cinta dengan sebelas daun yang panjangnya rata-rata 1 m paling mencuri perhatian juri dan penonton. Apalagi corak kuning tegas mendominasi semua daunnya. Pantas jika juri Husein Ahmad, Dwi Tok, dan Gunariyanto kompak memilihnya jadi kampiun. Sedangkan juara kelas kristata direbut Pachypodium lamerei raksasa milik Rusli Hadinata.
Jawa Tengah-Madura
Di penghujung April 2008, bertanding 170 sansevieria yang terbagi dalam 10 kelas di Wonogiri, Jawa Tengah. Itu kontes sansevieria terbesar di Indonesia dalam kurun waktu 3 tahun terakhir. Peserta berasal dari Banten, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Jawa Barat. 'Wonogiri bisa menjadi barometer kontes sansevieria di Indonesia. Ini kontes dengan pembagian kelas terlengkap dan mendekati ideal,' kata Willy Poernawan, ketua Forum Komunikasi Sansevieria Indonesia.
Yang menarik, kontestan dari Tangerang dan Banten berkibar di Jawa Tengah. Tangerang Sansevieria Club (TSC) mampu mengimbangi Jawa Tengah dan Jawa Timur yang terkenal sebagai gudang sansevieria berkualitas. Mereka merebut juara pertama di 3 kelas: unik warna, mini, dan mix spesies. Dari 16 tanaman yang diboyong, sebanyak 7 sansevieria merebut posisi 6 besar.
Demam lidah mertua pun menjalar sampai Semarang. Buktinya kontes di Taman KB Menteri Supeno menjaring peserta sansevieria terbanyak dibanding kontes aglaonema, puring dan anthurium. Kontes dalam rangka ulang tahun ke-436 Kota Semarang itu diikuti 62 sansevieria yang terbagi dalam 5 kelas.
Pada saat penjurian, aksi bongkar tanaman yang dilakukan juri Sudjianto mencuri perhatian. Itu dilakukan lantaran penonton ragu pada Sansevieria trifasciata beranak S. trifasciata 'golden hahnii'. Setelah dibongkar ternyata kedua tanaman itu satu rimpang, bukan grouping. Juri pun akhirnya menilai lebih pada sansevieria itu karena kelangkaan. Sayang, ia masih kalah kualitas dibanding sang kampiun.
Sama-sama di Semarang, Perkumpulan Flora Fauna Semarang juga menggelar adu aglaonema di ruang pamer Sri Ratu, Semarang. Tercatat 8 kontestasn ikut beradu cantik yang terbagi dalam kelas merah batang tunggal dan merah batang majemuk. Keluar sebagai juara kelas merah batang tunggal adalah aglaonema milik Andre Yoga dari Temanggung dan juara kelas merah batang majemuk di raih aglaonema andalan Sutrisno Budi, juga dari Temanggung.
Dari Semarang tren tanaman ular merayap ke timur hingga Madura. Meski baru pertama kali digelar, sebanyak 123 lidah mertua turut-serta dalam kontes yang dibagi 4 kelas: trifasciata, nontrifasciata, campuran, dan unik. Menurut Januar Herwanto, koordinator Masyarakat Sansevieria Madura, membludaknya peserta menjadi indikator Pulau Garam tak kalah dengan Pulau Jawa. Makanya, pada Agustus 2008 direncanakan kontes Nasional di Madura. Itulah kontes-kontes yang sering dijadikan indikator tren tanaman hias di tanahair. (Nesia Artdiyasa/Peliput: Destika Cahyana, Imam Wiguna, dan Niken Anggrek Wulan)
http://www.trubus-online.co.id/mod.php?mod=publisher&op=viewarticle&cid=7&artid=1329
Kamis, Juli 10, 2008
Pertempuran 3 Penguasa Daun
Diposting oleh ' di Kamis, Juli 10, 2008
Langganan:
Comment Feed (RSS)
PR - KU
S E L E S A I .... BEBAS EUY... ehhhh ada lagi yang kasih PR tapi aku lupa siapa yaaaa yang kasih PR... waktu itu kerjaan ku overload jadi aku minta waktu nah saat ini sedikit lenggang mohon
|